PIP IPM

Kata ini sudah saya dengar sebelumnya, namun pada saat Rapat Koordinasi Nasional Terbatas PIP disebutkan lagi. Dalam satu sambutan pembukaan acara itu, Bapak Zamroni, Bendahara PP Muhammadiyah mengatakan : “Kalian telah menempuh jalan sunyi”, ketika banyak remaja senang berhura – hura dengan budaya hedonisme dan sekulerisme atau berjuang dengan keramaian politik, kita menempuhn jalan yang tak banyak dilewati orang.
Jalan itu adalah : Menulis!!
Gerakan iqro, begitu IPM biasa menyebutnya. Walaupun terseok mengerakkan konsep ini, tapi inilah riak yang siap menjadi ombak, dan akan menjadi gelombang yang besar. Namun saya tidak akan membahas tentang gerakan iqro (perlu kompleksitas untuk menjabarkan gerakan ini), namun saya ingin ber-curhat tentang – jalan sunyi –
Ketika saya selesai satu kuliah, jam menunjukkan pukul 09.00 dan kuliah berikutnya akan dimulai pukul 09.30, itu artinya masih ada waktu luang sekitar 30 menit. Karena saya belum sarapan, maka saya dan teman saya pergi ke kantin dengan pertimbangan waktu tersebut dan dosen yang akan mengajar nanti memiliki kebiasaan terlembat masuk kelas, bahkan pernah beliau terlambat sampai 30 menit selain itu beliau juga sangat permisif. Pun teman – teman lain banyak yang keluar dan bahkan bolos.
Saat menunggu makanan, temanku datang, dia adalah ketua kelas. Bertanya dia padaku dan temanku, “kalian mau nelat ya?”
“iya, bapaknya kan juga sering telat” jawab temanku,
“kamu g nelat” lanjutnya,
“mau sih, tapi… harga diri…” jawab sang ketua kelas
“oh…” kami hanya bisa ber ‘oh’ ria. Entahlah bagi temanku, tapi bagiku itu sangat menohok. Inilah jalan sunyi. Jalan yang tidak banyak diikuti, bahkan banyak yang beranggapan itu jalan yang bodoh. Ada waktu dan dosen yang permisif kenapa tidak dimanfaatkan.
Ada nilai yang tersimpan dalam jalan sunyi itu. Dia yang melewati jalan sunyi adalah dia yang menjunjung tinggi nilai itu.
::
Iseng saya membaca blog teman, di bercerita, suatu hari dia bangun terlambat (nasrani, jadi tidak sholat), pukul 07.30, padahal jam segitu kelas sudah mulai. Ketika itu temannya sms “kamu g berangkat kuliah ya? Mau aku TA-in (titip absen) tidak?”, temanku mempertimbangankan, TA memang sudah menjadi tradisi di kelas kami, apalagi dosen mata kuliah ini sangat permisif (dosen yang sama dengan yang diatas). TA menjadi sangat berarti ketika fakultas memberikan peraturan kehadiran tidak boleh lebih dari 75%. Padahal temanku ini sudah kesekian kalianya ijin, jika ia ijin lagi maka dapat dipastikan tidak bisa mengikuti ujian mid semester. Aku terus membaca baris berikutnya,
“ah, akhirnya sms Z**k (nama yang mengirim sms) tidak ku balas, biarlah aku meninggalkan ujian mid semester, daripada aku meninggalkan kejujuran”
Sekali lagi: menohok.
::
Jalan sunyi bisa ditempuh siapa saja, dan dengan segala resiko yang ada: sendiri, dikira aneh, sok ekslusif,dan sebagainya. Namun ujung jalan itu akan selalu indah. Karena jalan itu adalah jalan para pejuang. Jalan orang yang menahan nafsu, jalan orang yang penuh kesabaran.
Aku hanya ingin bercerita, aku tidak ingin mengajak kalian ke jalan sunyi. Karena aku tahu, kalian sendirilah yang akan memutuskan jalan yang akan kalian tempuh.
Label: edit post
0 Responses

Posting Komentar