PIP IPM

KENDAL, 23 – 24 Mei 2009. Merupakan perjalanan sejarah yang menunjukkan geliat pergerakan IPM dalam meningkatan intelektualitas Pelajar Muhammadiyah. Ada sebuah harapan yang sangat besar dalam kegiatan ini, amanah yang kami emban di dibang PIP Kabupaten Klaten bukanlah main – main, mimpi yang kami anyam pun bukanlah utopia semata. Kami akan bangun, membangun intelektualitas pelajar Muhammadiyah. Terlihat hanya omongan belaka mungkin. Tapi kami adalah pejuang, seperti pesawat yang tak akan pernah mendarat sebelum sampai bandara.

Kegiatan ini dimulai dengan presentasi program PIP di masing – masing Daerah, tidak semua daerah datang memang, dan tidak semua menampilkan presentasinya dengan maksimal, bahkan ada yang kesana tanpa persiapan apapun. Yuar, Ketua Bidang PIP IPM Klaten berpendapat, melakukan sesuatu tanpa persiapan dan kematangan adalah sebuah penghianatan amanah,jika sekarang dia berada dalam posisi tanpa persiapan tersebut, dia akan mrasa sangat berdosa, karena mendzolimi 13 ribuan anggota IPM se-kabupaten Klaten. Sangat disayangkan sekali ketika dalam tatarn Pimpinan Darah masih belum tesadar akan amanahnya yang begitu besar, teringat sebuah hadis : “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban kelak di hari Kiamat, seorang pemimpin pemerintahan adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang rakyatnya, suami adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang anggota keluarganya, istri adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang rumah tangga suaminya serta anak-anaknya, dan seorang pembantu adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang harta benda majikannya, ingatlah bahwa setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban kelak di hari Kiamat.” (HR Muttafaq ‘alaih, dalam Lu’lu wal Marjan hadits no. 1199)

Dari beberapa presentasi, ada yang memiliki program yang bagus, dan ada pula yang hanya mimpi belaka, Karena kurang matang atau kurang yakin bahwa program itu akan terlaksana. Acara ini sangat bagus untuk media komunikasi, share antar daerah, ajang memberikan motivasi. Mungkin ini yang harus ditekankan, ketika Pimpinan Daerah mulai pesimis dengan program kerjanya, mulai kahilangan semangat untuk menjalankan program kerjanya.harus ada sebuah pendekatan, untuk menyuntikkan motivasi dalam diri anggota PD, dalam ilmu Psikologi ini di sebut dengan Pygmalion Effect (Kierein & Gold, 2000). Jika Pimpinan (dalam hal ini boleh kita katakana Pimpinan Wilayah – PW- IPM) menginginkan yang terbaik dari performa kerja bawahannya (Pimpinan Dareah – PD - ), maka PW perlu meyakinkan PD bahwa program kerjanya akan berhasil dengan bahasa non-verbal ataupun verbal. Dalam hal ini bahasa non – verbal akan lebih memberikan efek yang mengena, karena lebih personal dan dan intim.

Diskusi berikutnya, menyamakan tujuan program kerja PIP, Pimpinan Wilayah membimbing dan membarikan arahan, akhirnya kami setuju untuk menyamakan satu atau 2 program. Terjadi dialog yang sangat panjang dalam pembahasan program yang akan disamakan tersebut. Dimulai dari pemetaan per – daerah, kendala, kekuatan, kesempatan. Ada 2 program yang kemungkinan menjadi program bersama, Lomba (di IPM Klaten disebut TILPER) dan kelompok Ilmiah Remaja atau KIR. Untuk program Lomba, baru 3 daerah yang sudah berinisiatif dan berhasil melaksanakan, Kendal,Klaten, dan afwan satunya lupa. Dan untuk daerah lainnya mengalami bnyak kendala dalam melaksanakan itu. Kami melihat kendala utamanya bukan karena waktu, personel atau dana seperti yang teman – teman katakana, namun justru dari pesimisme yang ada dalam diri Pimpinan Daerah, sebenaryan PW pun menyadari akan hal ini, terlihat ketika Ipmawan Ali Hamdi, Ketua Bidang PIP bekata “jangan takut dengan program kerja bidang lain, jika kita focus, maka kita pasti bisa melaksanakannya. Yang penting focus dahulu”. Namun seperti yang kami bahas sebelumnya, pendekatan melalui motivasi verbal kurang bergitu berpengaruh dan kurang terkristal. Akhirnya Karena begitu banyak Daerah yang belum siap untuk memprogramkan program ini, program inipun dijadikan program alternatif. Program kedua adalah pembentukan komunitas, terfokus dengan kelompok ilmiah remaja (KIR), sedikit pertanyaan juga, apakah tidak sebaiknya IPM punya nama tersendiri untuk nama ini? Diskusi yang panjang juga terjadi dalam pembahasan program ini, terkait urgensi, ketersediaan pembimbing dan kendala – kendala yang lain. Berbeda dengan progam lomba, program ini berhasil menjadi progam yang disetujui menjadi program bersama. Namun masih harus dipetakan kembali tentang konsep, mekanisme dan filosofinya. Sehingga ini bukan merupakan program yang tujuannya hanya ‘NAMA’ IPM di masyarakat luas, namum karena memang ada nilai – nilai yang terinternalisasi.


0 Responses

Posting Komentar